oleh pihak
sekolah berbeda beda dalam acara tersebut, bagi masing-masing sekolah.
Ragam mos yang dilakukan, ada
yang sederhana, ada yg cukup memberatkan, bahkan ada yang diselingi dengan kekerasan,
sehingga pernah ada yang menimbulkan korban jiwa seperti yang pernah
diberitakan oleh media cetak dan media elektronik dimana masalah ini sampai ke
Ranah hukum dan ada yang terpidana dan ada pengurus sekolah yang hingga
dipecat.
Sekarang bagaimana kita sebagai orang tua menyikapi hal ini? dimana
anaknya harus mengikuti Mos karena diterima pada sekolah yang dituju. Bahkan
apa dampak kegiatan Mos itu mempunyai pengaruh mental bagi siswa baru itu.
Selama ini kami belum menemukan
manfaat Mos bagi siswa baru, dimana kami sendiri pernah di Mapras (istilah lain
Mos) ketika masuk SMK. Kami rasakan tidak ada pengaruh yang signifikan buat
peningkatan mental kami, malah bisa menimbulkan rasa dendam pada kakak kelas
tertentu yang dirasa menyinggung perasaan, dipermalukan, diejek, diperolok,
bahkan ada kekerasan juga disitu.
Namun bagaimana kita membalas
perlakuan itu pada Panitia Mos? hal ini tak mungkin dan tak bisa kita lakukan
karena pertimbangan tertentu, ini pun belum tentu dibenarkan oleh pihak sekolah
sebab kegiatan ini adalah termasuk program sekolah yang rutin dilakukan setiap
tahun.
Timbul rasa pelampiasan rasa
kesal dan kecewa pada siswa-siswa yang baru diterima dan kini mereka menjadi
kakak kelas seperti apa yang mereka rasakan ketika saat MOS tahun lalu. Ada
yang lebih parah lagi dimana para eksekutor (kakak kelas) melampiaskn
kekesalannya lebih pada apa yang mereka rasakan.
Timbul suatu perkara yang
membuat kegiatan Mapras ini semakin keras dan dampaknya seperti ada hal-hal
yang tidak layak menjadi layak, karena masing masing siswa berlainan sifat dan
karakternya, baik kakak kelas maupun siswa baru tersebut.
Bisakah hal ini dikontrol oleh para guru atau dosen?, baik kegiatan
Mos itu maupun masalah yang kadang timbul pada waktu kegiatan itu berlangsung.
Kita mana tahu hal ini sebagai orang tua yang juga menerima kegiatan ini
seperti aturan yang mesti dipenuhi dan diterima oleh siswa/mahasiswa baru dan
para Orang tua mereka.
Sekarang bagaimana sikap kita menghadapi hal ini? Inilah inti dari
masalah yang kita perlu lakukan agar semua pihak dan Kegiatan Mos itu bisa
bermanfaat bagi anak anak didik kita. Ada beberapa hal yang perlu disikap dalam
hal ini agar pihak sekolah dan para orang tua bisa sejalan dalam melaksanakan
kegiatan Mos tersebut.
Dalam hal ini tidak ada yang
lebih baik bagi para orang tua untuk mengetahui acara kegiatan itu, jika
kegiatannya masih batas normal dan mendidik maka sebaiknya kita dukung, namun
sebaliknya jika kegiatan itu dirasakan tidak baik dan melampaui batas maka kita
sebagai orang tua harus berani menegor dan mengkritik kegiatan itu kepada para
gurunya.
Jika ada pengawasan dan kontrol
orang tua yang bisa hadir kesekolah kalau perlu terus mengawasi acara Mos itu.
Orang tua harus berani menegur dan berperan aktif agar pelaksanaan Mos itu
berjalan sesuai yang diharapkan semua pihak.
Jadi kesimpulannya adalah selama
MOS (Mapras) itu berjalan secara wajar dan mempunyai dampak yang positif maka
kita sebagai orang tua mendukung dan mensuport anak didik kita dibawah
pengawasan guru dan melibatkan orang tua sebagai bentuk peduli dan peran serta
dalam kemajuan pendidikan demi masa depan anak anak mereka.
Jadi selama ini yang ramai di
perbincangan di Facebook maupun dimasyarakat yang tidak suka, tidak menyetujui
dan sebaiknya dihapus, itu sah sah saja orang berpendapat sesuai dengan
argumentnya masing masing.
Tapi kenyataannya kegiatan
tersebut masih banyak sekolah melakukannya. Pemerintah pun belum bisa melarang
kegiatan itu, jika ada penyimpangan dan kekerasan yang dilakukan oleh para
seniornya itupun ada ancaman hukumannya namun bukan kegiatan Mos itu yang
dihapus karena ada banyak juga yang menerapkan Mos secara wajar dan normal.
Artikel Kiriman : Ichwan Lazuardi