Kasudin Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Barat, Edy Mulyanto.
|
Menurutnya, dari 26 pasar dibawah PD Pasar Jaya se Jakarta Barat, tujuh di antaranya telah memiliki bank sampah. "Kami akan terus memperbanyak bank sampah. Setelah di kantor pemerintahan, sekolah dan permukiman warga, bank sampah akan diperbanyak di pasar tradisional,” ujar Edy, Rabu (8/11).
Lebih lanjut disebutkan, tujuh pasar tradisional di Jakarta Barat yang telah memiliki BSU adalah pasar Grogol, Kopro, Jembatan Lima, Jembatan Dua, Pos Pengumben, Ganefo dan Puri. Target kami, akhir tahun 2017 seluruh pasar di wilayah Jakarta Barat sudah memiliki bank sampah,” kata Edi.
Dikatakan, keberadaan bank sampah di pasar tradisional setidaknya menjadi poin tambahan dalam rangka penilaian Adipura. "Beberapa hari ini, tim Adipura melakukan penilaian di wilayah Jakarta Barat. Dari penilaian itu, mereka bilang sudah baik, terutama pengadaan bank sampah di pasar. Ini yg menjadi poin penting penilaian Adipura," jelasnya.
Keberadaan bank sampah di pasar nantinya akan dikelola dengan sungguh sungguh. Setiap pedagang diwajibkan memiliki dua kantong plastik sampah, yakni organik dan anorganik. Hasil pemilahan sampah akan dibawa oleh petugas sampah untuk kemudian didata dan dimasukan dalam buku rekening tabungan mereka. "Untuk sampah organik, kami akan olah kembali menjadi kompos," ujar Edi.
Diungkapkan, hingga kini jumlah BSU di Jakarta Barat sebanyak 157 BSU dan satu bank sampah induk (BSU) di Bambu Larangan, Cengkareng. Omset BSI saat ini telah mencapai sekitar Rp 896 juta. Sedang sampah anorganik yang dijual sebanyak 5,6 ton seharga Rp 12 juta. "Kami menargetkan tahun 2020 mendatang, bank sampah induk dalam sehari mampu menjual sampah 20 ton,” katanya. (Red)