WONOSEGORO – BOYOLALI, seorang lansia asal Dukuh Dawung Sari Desa
Jatilawang, Kecamatan Wonosegoro, Boyolali tinggal di sebuah rumah sederhana
tanpa suami dengan usia yang sudah renta (90) dengan perhatian dan kesabaran
merawat buah hatinya (anak) yang menyandang disabilitas (lumpuh tidak bisa
jalan) selama bertahun tahun sejak masih kecil.
Beliau adalah ibu Suliyem (90) hidup berdua dengan anaknya Parjiyem
(40) yang menderita lumpuh sejak kecil, meski tak tahu secara pasti, beliau
mengungkapkan anaknya menderita penyakit sejenis folio sejak kecil dan karena
faktor ekonomi serta informasi sehingga membiarkan begitu saja “Saya
menerimanya dengan ihlas, mungkin jalan hidup anak saya harus seperti ini,” ungkapnya.
Mbah Suliyem (90) merupakan ibu dari
Parjiyem (40) “sebenarnya saya
mempunyai beberapa anak, karena mereka semua sudah berkeluarga dan tinggal
dirumah sendiri "ya Keluarga saya ya tinggal kita berdua ini sambil
menengok putrinya yang terbaring disebelahnya,” kata Mbah Suliyem saat kami
kunjungi dikediamanya (9/9) pagi.
Informasi yang dihimpun mbah Suliyem beserta anaknga menempati rumah
sederhana sekali, dengan ukuran sekitar 4x2,5 yang bisa dikatakan tidak layak
huni dengan beralaskan tanah, dengan peralatan masak memakai peralatan
tradisional "pawon" dapur tradisional terbuat dari tanah dan satu
buah dipan tanpa alas (kasur) diatasnya, yang mana dinding dindingnya yang
terbuat dari triplek sudah lapuk dimakan usia.
Dan tidak tampak perabot lain didalam rumah tersebut kecuali dipan dan
meja kursi yang sudah reot serta tidak adanya dinding penyekat antara tempat
tidur dengan dengan dapur dan ruang tamu.
Mbah Suliyem mengatakan untuk makan sehari hari hanya menunggu
pemberian dari tetangga, kadang ada yang ngasih beras sayuran dan lain lain,
dan bahkan beras yang didapat dari zakat fitrah kemarin juga masih.
Sehari-hari keduanya tidak bisa melakukan aktifitas layaknya orang
normal, dikarenakan mbah suliyem sendiri tidak bisa berjalan dengan normal dan
mempunyai penyakit berupa tonjolan di lehernya (gondok).
Kadang saja mau makan susah untuk menelanya karena ini(menunjuk
benjolan dileherny) yang makin hari makin membesar, “Tentu kami tidak ada
penghasilan apa apa selain mengharap uluran tangan dari tetangga untuk
kebutuhan hidup,” kata dia.
Jumadi (45) yang merupakan tetangganya berharap ada yang bersedia membantu
beliau, terlebih untuk Parjiyem yang setiap hari merangkak apabila mau
berpindah tempat, dan saya sangat
berharap siapa tau mungkin ada yang mau bantu kursi roda untuknya.
“Apalagi mengingat usia yang senja dan tidak adanya kerabat lagi” kata
dia saat kami temui dirumahnya (9/9) di Desa dawung sari RT.9 RW.3 Desa Jatilawang.
(Patih)