PEWARTA-TAMBORA, JAKARTA - Kabar gugurnya Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara (KPPS) hingga petugas keamanan dalam pemilihan umum (Pemilu) 2019 gugur
seusai pencoblosan, Rabu (17/4/2019) menuai banyak komentar oleh banyak tokoh,
bahkan Aktivis Pemuda Tambora Heri Tambora.
Pasalnya, banyak diantaranya yang dinyatakan meninggal
akibat kelelahan selama masa pencoblosan. Ia pun mengaku jika pelaksanaan
pemilu serentak memang telah dikabulkan oleh MK, dan Ia pun berharap jika
pelaksanaan pemilu serentak dikaji ulang.
“Saya pribadi khususnya mewakili warga masyarakat Kecamatan
Tambora, menyampaikan bela sungkawa kepada saudara-saudara kpps dan juga
petugas keamanan kita yang telah meninggal dalam melakukan tugasnya,” ungkapnya kepada
media ini, Sabtu (20/4/2019).
Ia mengatakan, kpps dan petugas keamanan tersebut karena
sebagian mereka yang meninggal dunia terindikasi karena kelelahan intens saat
bertugas yang kurang lebih hampir 24 jam non stop, untuk mengurusi 5 Jenis suara pencoblosan.
Sebelumnya, Aktivis Pemuda Tambora ini juga mengomentari
atas pelaksanaan dan juga penyelenggaraan pemilu serentak 2019 yang dinilai
kurang baik, dan meminta KPU untuk mengkaji ulang serta mengavaluasi
penyelenggaraan pemilu serentak.
Sebagaimana diketahui, hingga 19 April 2019 sebanyak 12 orang Petugas Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kota/Kabupaten di Jawa Barat sebagian
petugas mengalami kelelahan. Namun, ada juga yang dikarenakan mengalami
kecelakaan lalu lintas saat bertugas.
Sementara dilansir melalui Instagram Kepala Badan Ekonomi
Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf #Repost @ndorokakung
sebanyak 8 aparat kepelosian juga
meninggal saat menjaga kemanan TPS. Petugas tersebut berasal dari sejumlah
wilayah dan berbabagai jabatan.
“Menurut saya mereka bertugas terlalu berat, bahkan kami
lihat di jakarta mereka ada yang bekerja hingga 24 jam non stop, dari pagi
hingga ketemu pagi, mereka sepertinya terlalu tak kenal waktu, itu semua kami
lihat demi tanggung jawab dan suksesnya pemilu 2019,” ungkapnya perihatin.
1.
Kabupaten Purwakarta, yakni Deden Damanhuri (46 tahun)
2.
Carman (45 tahun). Penyebab kematian mengalami pecah
pembuluh darah dan kondisi badan lemah.
3.
Kabupaten Bandung, Indra Lesmana alias Alex (28 tahun),
penyebab kematian awalnya mengeluh merasa mual/sakit.
4.
Kota Bekasi Ahmad Salahudin, Ketua KPPS TPS 081
Kelurahan Kranji Bekasi Barat, penyebab kematian tertabrak truk.
5.
Kabupaten Tasikmalaya, yakni H Jeje dan
6.
Kabupaten Tasikmalaya Supriyanto efek Kecapaian di TPS,
mempunyai riwayat jantung karena kelelahan.
7.
Kabupaten Kuningan, yakni Nana Rismana karena
kelelahan.
8.
Kabupaten Bogor Jaenal (56 tahun), yakni kelelahan saat
mengambil logistik di gudang penyimpanan
9.
Kabupaten Karawang, yakni Yaya Suhaya diduga kelelahan.
10. Kota
Sukabumi, yakni Tatang Sopandi (48 tahun) demam setelah beberapa hari,
sebelumnya aktif membantu sorlip di gudang logistik KPU
11. Kabupaten
Sukabumi, yakni Idris Hadi (64 tahun) dan
12. Usman
Suparman kelelahan pada saat P2S selesai (riwayat penyakit jantung).